Senin, 23 November 2015

Pertama di Indonesia! My Own World, Buku Mewarnai untuk Dewasa

by Tria N.

My Own World berawal dari obrolan santai dan ringan antara saya, Khalezza dan Mas Luqman Hakim Arifin. Inspirasinya adalah buku Johanna Basford, ilustrator asal Scotlandia dengan buku mewarnainya Secret Garden. Kebetulan di Indonesia belum ada (bukunya) dan belum menjadi trend. Akhirnya kami membuatlah My Own World, kolaborasi yang pas antara saya yang suka corat-coret ketika sedang jenuh; Khalezza yang seorang desain grafis dan Mas Luqman yang merupakan CEO Renebook.


My Own World (Human & Animal Edition)

Selain karena belum ada buku mewarnai untuk dewasa di Indonesia. Kami melihat bahwa:

1)  Setiap orang butuh “me time”, yakni waktu dimana dirinya sendiri bisa mengekspresikan dirinya, melampiaskan emosinya, menyendiri, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan dirinya sendiri. Kedengarannya egois memang, tapi saya yakin semua orang membutuhkannya. Seperti saya, working mom. Tentu saja bekerja tidak lantas “membebaskan” saya dari tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan-pekerjaan rumah memang bisa dilimpahkan kepada Pembantu Rumah Tangga. Namun, mendidik anak dan segala hal yang bersentuhan langsung dan berpengaruh terhadap perilaku, penanaman nilai-nilai, sampai urusan sekolah masih berada di tangan saya. Saya juga berkomitmen bahwa meskipun bekerja, saya harus memiliki quality time bersama keluarga, bersama anak-anak. Nah, berbagai peran ini yang terkadang membuat kita kebutuhan “me time”, saya menjadi diri saya dan menyenangkan diri saya. Tanpa harus memikirkan berbagai aktivitas tersebut, untuk sementara waktu.

2)       Rutinitas, aktivitas menyumbang stress yang cukup besar. Mewarnai adalah obat anti stress, membuat kita keluar dari rutinitas. Obat stress karena: Pertama, mewarnai tidak terikat oleh waktu. Kapan saja dan dimana saja kita bisa melakukannya, disela-sela aktivitas, tidak terikat dengan deadline, satu gambar tidak harus selesai pada saat itu juga. Kedua, mewarnai tidak terikat dengan warna-warna tertentu, misalnya bunga harus pink, merah, orange, dsb. Atau singa tidak harus coklat, tapi bisa pink, warna-warni dan sebagainya. Ketiga, mewarnai bisa mengekspresikan emosi kita pada saat itu, seperti marah, gembira, kesal, sedih, dan sebagainya. Ini akan melegakan, karena emosi dapat tersalurkan melalui medium yang unik. 

3)      Mewarnai menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan. Kesimpulan ini saya peroleh dalam diskusi dengan seorang psikolog, Pak Antony Dio Martin. Bahwa orang dewasa lebih banyak menggunakan otak kirinya. Sehingga apabila diilustrasikan, otak kiri kita lebih besar daripada otak kanan. Nah, mewarnai menyeimbangkan keduanya.

4)       Dari me time menjadi quality time. Setelah My Own World terbit dan mendapat respon yang “surprise” bagi saya, Khalezza maupun Penerbit Renebook. Kami juga mendapat satu kesimpulan yang mendorong kami untuk terus berkreasi melahirkan My Own World edisi-edisi selanjutnya. Ternyata buku mewarnai untuk dewasa ini bisa menjadi medium menciptakan quality time, khususnya bagi orang tua dan anak. Saya, dan banyak teman di Komunitas Tabrak Warna yang sudah berkeluarga mengalaminya. Anak saya, Sakti, karena melihat saya mewarnai kemudian “iri” dan meminta beberapa halaman buku untuk diwarnai. Akhirnya kami mewarnai berdua, dan dalam aktivitas tersebut saya banyak ngobrol-ngobrol santai, berdiskusi dengan anak saya mengenai berbagai hal, dari urusan sekolah, bagaimana pembantu saya di rumah bersikap terhadap anak-anak, bagaimana teman-temannya disekolah, pelajaran, guru, dan sebagainya. Obrolan ini mengalir begitu saja, tidak seperti menginterogasi, dan anak saya bertutur biasa, tanpa canggung dan bercerita panjang lebar. Ini kalau dilakukan terus menerus saya rasa akan semakin mendekatkan orang tua terhadap anak melalui pola komunikasi yang baik.

5)         Mengalihkan dari dunia gadget. Ada sisi baik perkembangan teknologi, namun kita juga tidak mengesampingkan dampak buruknya. Ada idiom yang mengatakan mengenai dunia gadget “Yang jauh menjadi dekat, yang dekat menjadi jauh”. Mewarnai bersama anak, bersama keluarga dan teman-teman dapat mengalihkan dari dunia gadget. 

Melanjutkan mengenai My Own World, Juni 2015 My Own World edisi Human and Animal terbit dan saat ini sudah Cetakan ke IV. Dua bulan setelah terbit, kami bertiga menggagas lahirnya Komunitas Tabrak Warna yang saat ini di social media sudah ada lebih dari 3.000 orang anggota. (Instagram dan Twitter tabrak_warna :: Facebook Komunitas Tabrak Warna). Kami sengaja memilih Human and Animal sebagai tema dalam edisi pertama karena kami ingin membangunkan semangat mewarnai yang telah lama tidak dilakukan atau dilakukan secara “malu-malu” melalui sesuatu yang hidup.

Kemudian, My Own World 2 edisi Mandala and Greetings terbit pada bulan September dan saat ini sudah cetakan ke II.  Kami memilih tema ini agar My Own World dapat menjadi buku yang interaktif. Misalnya ada gambar/ilustrasi dengan tulisan “Good Morning”, “Enjoy Your Life”, “I love Mom”, I love You, “Happy Birthday”, dan sebagainya. Setelah diwarnai, gambar-gambar ini bisa di-capture dan dikirimkan kepada orang-orang terdekat atau yang kita sayangi.


My Own World 2 (Mandala & Greeting Edition)

My Own World edisi-3 saat ini sedang dalam proses, kami sudah memilih tema dan hadir berbeda dengan kedua “kakak”-nya. Satu yang tidak akan berubah dan menjadi ciri My Own World, bahwa di setiap edisi akan selalu ada kata-kata motivasi.

Tabrak Warna, Komunitas Mewarnai untuk Orang Dewasa


“We don’t stop playing because we grow old, we grow old because we stop playing”. Kutipan dari novelis, kritikus, politikus dan orator asal Irlandia, George Bernard Shaw ini tepat dalam menggambarkan aktivitas yang dilakukan Komunitas Tabrak Warna, yakni sebuah komunitas pertama di Indonesia yang berisi orang-orang dewasa yang menyukai aktivitas mewarnai.

Komunitas ini berawal dari diterbitkannya “My Own World”, buku mewarnai untuk dewasa yang pertama di Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Renebook dan disusun oleh Khalezza dan Tria N.


Komunitas Tabrak Warna
Satu bulan setelah diterbitkannya buku tersebut, respon yang diterima melalui email maupun telepon cukup mengejutkan. Sebuah kesimpulan, bahwa para pembeli buku My Own World merasa ‘telah menemukan dunianya yang telah lama hilang’ yakni dunia mewarnai.

Ternyata banyak sekali orang dewasa yang suka mewarnai, namun pada saat itu belum ada buku mewarnai yang membuat mereka pede untuk mewarnai di area publik. Mewarnai masih mencuri-curi, misalnya dengan sambil mengajari anak-anak lalu ikut mewarnai gambar anak.

Selanjutnya, dua penyusun buku My Own World (Khalezza dan Tria), serta Luqman Hakim Arifin menggagas Komunitas Tabrak Warna melalui media sosial Facebook Komunitas Tabrak Warna, Instagram @tabrak_warna, dan Twitter @tabrak_warna pada Juli 2015. Dalam dua bulan, instagram @tabrak_warna sudah diikuti oleh lebih dari 1000 followers. Saat ini sudah lebih dari 3.300 followers.

Di sini kami berbagi gambar-gambar hasil mewarnai maupun tekhnik mewarnai yang beranekaragam. Uniknya, tidak ada satupun hasil mewarnai yang sama.

Sebab, gambar-gambar yang disajikan dalam My Own World merupakan gambar ilustrasi yang terdiri dari berbagai pattern dan mozaik yang membuat setiap orang memiliki imajinasi berbeda dalam memilih warna. Kami selalu mengatakan, jangan takut menggunakan warna, Just try and share. Tidak ada keharusan, misalnya Singa harus berwarna coklat, bunga harus berwarna merah, dan seterusnya. Inilah salah satu alasan mengapa kami menamakan Komunitas Tabrak Warna.


Terakhir, mimpi besar kami adalah menularkan “virus mewarnai” ke seluruh penjuru Indonesia. Karena manfaat mewarnai untuk orang dewasa yang sedemikian besar. Kami juga ingin menularkannya kepada ~tidak hanya ibu hamil~ tetapi juga orang jompo, para penderita kanker dan penyakit lainnya, orang yang terkena musibah/bencana, dan sebagainya. Semoga!